Beranda

Saturday, January 25, 2025

ANAK PENURUT






 


Sejak kecil aku selalu menjadi anak penurut, menurutku sih,,. Apa yang menjadi perintah kedua orang tua bagiku menjadi kewajiban yang harus aku lakukan. Perintah mencari kayu bakar, mencari rumput untuk ternak, memijat bila diminta dan lain sebagainya.

Masalah pendidikan pun aku tidak meminta sekolah di sini atau disana. Aku mungkin bisa saja masuk SMP di sekolah negeri favorit di desaku, namun hal itu tidak aku lakukan karena waktu itu transportasi masih sulit. Aku memilih mengikuti apa yang disampaikan sekolah yang terdekat, sekolah yang lebih terjangkau biayanya. Jalan bersama teman-teman menyusuri jalan setapak, menyeberangi sungai itulah masa-masa indah diwaktu SMP.



Tidak banyak wejangan atau kalau saat ini tausiyah yang disampaikan kedua orang tua. Hanya beberapa perintah “ gek sinau le” , “gek adus le” , “ aja dolan ae nganti lali omah” . Kata – kata itu lah yang masih terngiang, tidak ada bentakan, makian doa jelek yang terlontar dari kedua orang tua.

Waktu itu Pendidikan belum banyak ditekankan didaerahku. Dari siswa SD seangkatanku, tidak semua melajutkan ke SMP. Mereka ada yang tertarik ikut merantau ke Jakarta karena tergiur mendapatkan uang, karena ada saudara yang membawanya, ada juga yang beralasan tidak mau berfikir, tidak ada biaya. Itulah pemikiran anak lulusan SD tahun 90-an.  

Dari semua siswa lulusan SD seangkatanku, seingatku tinggal Sikun, Budi, Iswanto, Febriana dan aku yang melanjutkan Sekolah Menengah Atas/Sederajat.

Status anak penurut pada diriku sekali lagi teruji saat lulus dari SMP untuk sekolah kejuruan (otomotif). Menurut kedua orang tuaku setelah sekolah kejuruan otomotif mungkin kedepannya aku bisa membuka bengkel sendiri. Akupun menurut saja untuk sekolah kejuruan tersebut. Walau sebenarnya dalam hati aku pengen untuk belajar dipondok pesantren.

Awal masuk SMK aku harus masuk siang hari. Perjalanan ke sekolah sekitar 40-60 menit ikut kendaraan umum. Itupun aku harus berjalan ke jalan umum tempat menanti Bus sekitar 30-40 menit.

Perjalanan pulang lah yang membutuhkan tambahan semangat  sekolah. Dari sekolah SMK PGRI 2 Ponorogo pulangnya  jam 17.30 wib.



Kendaraan umum sudah tidak ada, aku bersama teman-teman biasanya menyetop kendaraan truk untuk kita tumpangi sampai ke ngepal.   

Sampai ngepal tidak tentu waktu sampainya, bisa jam 19.30 wib, jam 20.00 wib, tinggal tumpangan mobilnya segera dapat atau tidak.

Setelah satu semester menjalani perjalanan seperti itu, suatu ketika aku berbicang-bincang dengan salah satu teman kelas yang ternyata ia mondok di Jarakan, Banyudono, Ponorogo.

Dari sinilah awal aku akhirnya aku mondok disana sampai lulus dan mendapatkan banyak ilmu, pengalaman hidup yang berguna bagi kehidupanku selanjutnya.

Dari cerita ini aku menyimpulkan bahwa anak penurut itu suatu saat akan memperoleh apa yang ia impikan.

 

     

 

 






No comments:

Post a Comment

Arti Pentingnya Bersyukur dalam Kehidupan Sehari-hari

Dewasa ini perkembangan zaman semakin melaju pesat. Teknologi sedikit demi sedikit menggeser tenaga manusia. Sementara kebutuhan manusia sem...